KONSEP
DASAR RELIGI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Antropologi
Dosen Pengampu Drs. Djono, M. Pd.
AKIEF FUKOHA HUSEN
K 4406007
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
KONSEP DASAR RELIGI
Religi berasal dari kata religere
dan ada pula yang mengatakan dari religare. Religere berarti melakukan sesuatu dengan teliti secara
berulang kali, sedangkan religare berarti menjalin atau bersatu padu ( samadi ).
Menurut R. L. Beals dan H. Hoijer,
religi pada pokoknya adalah response terhadap kebutuhan akan
konsepsi yang tersusun mengenai lam semesta dan sebagai mekanisme dalam rangka
mengatasi kegagalan yang timbul akibat
ketidak mampuan manusia untuk meramalkan dan memahami kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang rupanya tidak dapat diketahui dengan tepat.
Membicarakan religi antara
lain mengenai peranan agama, pengaruhnya bagi masyarakat, misalnya terhadap
dasar-dasar etika atau kesusilaan. Salah satu dari segi yang paling menonjol dan peranan penting yang
dimainkan religi ialah dalam bidang etika atau kesusilaan.religi merupakan
sumber utama bagi martabat golongan tertentu dimata masyarakatnya. Misalnya
pendeta, kyai, rahib dll.
Religi di samping sebagai
salah satu aspek yang membedakan manusia dengan hewan dan aspek lainnya dari
kebudayaan, religi merupakan milik manusia yang paling berharga. religi
merupakan suatu kekuatan yang berwibawa dan membentuk masyarakat dan
kebudayaan. Pada tinkat pembentukannya religi mempunyai wadah yaitu masyarakat
dan kebudayaan
Semakin jauh kita menelaah
sejarah kebudayaan umat manusia sekin besar kehidupannya terbungkus oleh
religiomagi, berupa anggapan-anggapan bahwa setiap benda mempunyai kekuatan
gaib tertentu.
Religi adalah bagian dari
kebudayaan, disebabkan karena menurut Emile Durkheim dalam bukunya Les Formes
Elementaires de la Vie Religiuse (1912) bahwa religi merupakan suatu sistem
yang terdiri dari empat komponen, yaitu :
1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia
itu bersikap religieus.
2. Sistem keyakinan yang mengandung segala
keyakinan serta bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan, tentang wujud dari
alam gaib (super natural), serta segala nilai, norma dan ajaran dari religi
yang bersangkutan.
3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan
usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuham dewa-dewa, atau
makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib.
4. Umat atau kesatuan sosial yang menyangkut
sistem keyakinan tersebut dalam sub 2 dan yang melaksanakan sistem ritus dan
upacara tersebut dalam sub 3.
Keempat komponen tersebut
sudah tentu terjalin erat satu dengan yang lain menjadi suatu sistem yang
terintegrasi secara bulat. Sistem keyakinan dalam suatu religi dijiwai oleh
emosi keagamaan, tetapi sebaliknya emosi keagamaan juga bisa dikobarkan oleh
sistem kepercayaan.
Suatu komponen lagi adalah
kelompok-kelompok religius kesatuan-kesatuan sosial atau umat yang menganut
sistem kepercayaan dan melakukan sistem upacara-upacara yang merupakan komponen
yang kedua dan ketiga. Kelompok-kelompok rreligius ini bisa berupa :
(i)
Keluarga inti atau kelompok-kelompok kekerabatan kecil yang
lain.
(ii)
Kelompok-kelompok kekerabatan yang lebih besar seperti
keluarga luas, keluarga unilineal.
(iii) Kesatuan komunitas seperti desa, gabungan
desa, dan lain-lain.
(iv) Organisasi-organisasi religius seperti
organisasi penyiaran agama dan lain-lain.
Komponen Religi
Religi merupakan jalan hidup
yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tentram
dan sejahtera. Bahwa jalan tersebut berupa aturan, nilai, atau norma yang
mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak, gaib, suci
yang harus diikuti dan ditaati. Aturan tersebut ada tumbuh dan berkembang
bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan
budaya.
Sumber
§
Mahjunir
, Drs. 1967. pokok-pokok antropologi dan kebudayaan. Jakarta. Bratara
Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan
No comments:
Post a Comment