Monday 1 October 2012

NUKLIR KOREA UTARA




1.      Upaya Korut dalam uji coba nukilr
Korea Utara menguji coba setidaknya 6 peluru kendali, termasuk peluru kendali Taepodong-2, di tengah berbagai peringatan dari beberapa negara. Korea Utara membuktikan ucapannya untuk menguji coba bom atom. Pada Senin (9/10) negara komunis itu sukses mengetes senjata nuklir bikinannya untuk pertama kali. Uji coba yang dilakukan di bawah tanah ini digelar di Hwadaeri, dekat Kilju, pesisir timur laut Korea Utara.
"Sudah dikonfirmasi tidak ada bahaya emisi radioaktif dalam tes nuklir yang dilakukan dengan pertimbangan ilmiah dan perhitungan yang sangat hati-hati itu. Menurut Pyongyang, uji coba itu merupakan peristiwa bersejarah yang membesarkan hati militer dan rakyat Korea Utara, yang mengharapkan negerinya punya kekuatan pertahanan diri. "Sekaligus memberikan kontribusi bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea." (www.tempointeratif , 10 oktober 2006)
Presiden Kim mengatakan kepada Tang Jiaxuan bahwa Pyongyang tidak berniat melakukan uji coba lanjutan menyusul tes tanggal 9 Oktober lalu tetapi pemimpin Korea Utara itu memperingatkan bahwa negaranya akan membalas tekanan Amerika. Para pejabat yang dikutip oleh Kyodo mengatakan Kim Jong-il mengatakan kepada Tang Jiaxuan bahwa Amerika berusaha menghancurkan Utara dengan menjalankan kebijakan yang bermusuhan, termasuk sanksi keuangan yang keras. (BBC Indonesia Com 22 Oktober 20006)
Dalam pernyataan resmi pertamanya sejak pemungutan suara di PBB itu, Korea Utara mengatakan mereka "dengan keras mengutuk" resolusi itu dan menyebutnya "hasil dari kebijakan tidak bersahabat AS" terhadap negaranya.
Resolusi ini tidak bisa diartikan lain, selain sebagai pernyataan perang" terhadap Utara, kata pernyataan kementerian luar negeri yang senada dengan reaksi dutabesar Korea Utara di PBB pada hari Sabtu.
Pernyataan itu kembali menegaskan klaim Korea Utara sebelumnya bahwa mereka menginginkan perdamaian dan semenanjung Korea yang bebas nuklir.
Namun Pyongyang memperingatkan "kami akan menghantam tanpa ampun dan tanpa ragu-ragu siapa pun yang menggunakan resolusi Dewan Keamanan untuk mengancam kedaulatan kami dan hak kami untuk berdiri”
2.      Bagaimana tanggapan negara-negara dunia
a         JEPANG
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe akhir pekan terbang ke Beijing untuk menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Cina, Hu Jintao dan PM Wen Jiabao, kemudian dilanjutkan ke Seoul untuk menemui Presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun.
Abe yang dikenal bersikap keras terhadap Korea Utara mengatakan  dia ingin melakukan "tukar pikiran secara blak-blakan" dengan Beijing dan Seoul, yang keduanya lebih mengutamakan jalur damai dan memperingatkan kemungkinan dilakukannya pengucilan jika  Pyongyang tak menggubris keprihatinan masyarakat dunia. (www.berita sore. com  , 9 oktober 2006)
Jepang juga mengenakan  sanksi ekonomi kepada Pyongyang. Jepang sudah melarang impor Korea Utara dan menteri luar negerinya, Taro Aso, mengatakan Tokyo akan mendukung upaya Amerika untuk memeriksa kapal-kapal Korea Utara.
Jepang -salah satu pengkritik paling keras Korea Utara-, dan berada dalam jangkauan peluru kendali Pyongyang, mengecam keras uji coba ini.
"Ini adalah masalah serius untuk perdamaian dan stabilitas, tidak hanya untuk Jepang namun juga untuk dunia internasional,"tutur Kepala Sekretaris Kabinet Shinzo Abe.
Menteri luar negeri Taro Aso menambahkan, ada kemungkinan besar negaranya akan menerapkan sanksi ekonomi kepada Korea Utara. Jepang sendiri sebelumnya sudah mengumumkan pelarangan mendarat bagi ferry-ferry Korea Utara. (www. Beritasore,com 9 oktober 2006 )
b        CINA
Resolusi diloloskan secara bulat namun Cina menyatakan beberapa keberatan.
Pada hari Sabtu Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat meloloskan Resolusi 1718 yang militer. termasuk sanksi terhadap senjata dan sanksi keuangan namun tidak termasuk ancaman Sanksi ini secara umum disambut oleh masyarakat internasional tetapi Cina mengatakan pihaknya "keberatan" dengan tindakan pemeriksaan kapal-kapal barang Korea Utara, sementara Rusia mengatakan resolusi harus dilihat sebagai sanksi sementara.
Cina dan Rusia menyatakan khawatir pemeriksaan kapal barang yang diperbolehkan oleh resolusi PBB itu akan memicu konfrontasi di laut dengan kapal-kapal Korea Utara.
Beijing - yang merupakan sekutu Pyongyang - mendesak agar masyarakat internasional bersikap bijaksana dan memperingatkan agar dunia tidak melakukan provokasi. (BBC Indonesia Com 19 Oktober 20006)
c         RUSIA
Resolusi ini harus bertujuan mengirimkan isyarat lebih lanjut kepada para pemimpin republik demokratik Korea sehingga masalah nuklir semenanjung Korea harus diselesaikan secara damai, menggunakan alat-alat politik dan diplomatik," katanya.
"Tentu saja tidak ada penggunaan kekerasan di sini. Bagi Rusia dan Cina masalah ini sangat penting karena baik Cina dan Rusia langsung berbatasan dengan Korea Utara," tegas Ivanov. (BBC Indonesia Com 14 Oktober 20006)
d        KOREA SELATAN
Korea Selatan hari ini memperingatkan semua pihak agar tidak terlalu menekan Korea Utara dalam rangka menghentikan ambisi nuklirnya. Peringatan ini muncul setelah ada laporan pers bahwa Pyongyang mempertimbangkan uji coba bom nuklir.
“Kita memang perlu menunjukkan ketegasan terhadap perilaku buruk Korea Utara, tapi harus dengan kearifan tidak memojokkannya sampai mati kutu tanpa jalan keluar,” kata Menteri Luar Negeri Korea Selatan Ban Ki-moon. Dia menambahkan jika uji coba nuklir benar-benar dilakukan Korea Utara, dampaknya akan jauh lebih serius ketimbang peluncuran-peluncuran misil belum lama ini.
(www.tempointeratif , 10 oktober 2006)




e         Tanggapan Indonesia

Pemerintah Indonesia menegaskan kembali sikapnya tidak dapat menerima uji coba nuklir, yang dilakukan oleh Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) dengan alasan apa pun. "Uji coba nuklir RRDK hanya akan menambah ketegangan baru dan mengganggu penciptaan stabilitas di kawasan Asia Pasifik," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Desra Percaya di Jakarta.
3.      Upaya-upaya yang dilakukan sampai saat ini
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe ke Beijing untuk menggelar pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Cina, Hu Jintao dan PM Wen Jiabao,
keduanya lebih mengutamakan jalur damai dan memperingatkan kemungkinan dilakukannya pengucilan jika  Pyongyang tak menggubris keprihatinan masyarakat dunia. Dia mengatakan, pihaknya telah berusaha menghentikan rencana ujicoba nuklir itu.  "Jika Korea Utara tidak menghentikan rencana ujicoba nuklirnya, hal itu akan membuatnya makin dikucilkan di masyarakat internasional dan situasinya akan bisa makin memburuk," tegasnya.
Dalam rangkaian kunjungan itu, pemimpin ke tiga negara berusaha membujuk Pyongyang untuk bersedia kembali ke meja perundingan enam-negara, "AS, Jepang, Cina, Rusia, Korea Selatan dan Korea Utara" yang membahas masalah program nuklirnya tanpa syarat.
Perundingan yang digelar di Beijing itu macet sejak November tahun lalu setelah Pyongyang protes keras atas sanksi-sanksi keuangan yang dikenakan AS sehubungan tuduhan Utara melakukan penyucian dan pemalsuan uang yang melalui sebuah bank di Makao. Korea Utara menyatakan akan kembali ke meja perundingan jika AS mencabut sanksi-sanksi yang dikenakannya, tapi sejauh ini AS tak menggubrisnya.
Resolusi 1718 menerapkan sanksi senjata dan keuangan namun tidak didukung oleh ancaman militer.
Isi resolusi:
- Menuntut Korea Utara menghancurkan semua senjata nuklirnya, senjata pemusnah massal dan rudal-rudal balistik.
- Mengharuskan semua negara anggota PBB mencegah penjualan atau pemindahan bahan-bahan terkait dengan program-program senjata Pyongyang yang tidak konvensional, selain juga peralatan militer seperti tank-tank, rudal dan helikopter.
- Menuntut agar semua negara membekukan rekening orang-orang atau berbagai perusahaan yang memiliki kaitan dengan program nuklir dan balistik Korea Utara.
- Membolehkan berbagai negara memeriksa kargo yang masuk dan keluar dari Korea Utara untuk mencari senjata-senjata yang tidak konvensional.
- Resolusi ini tidak mencantumkan ancaman penggunaan militer.
- Seruan bagi Pyongyang agar kembali, "tanpa syarat", ke meja perundingan dalam pertemuan enam negara yang membahas program nuklirnya.
Korea Selatan mengatakan pihaknya telah memperkuat tingkat keamanan dan status siap siaganya sebagai akibat pernyataan Korea Utara itu. Tetapi kementerian luar negeri Rusia meragukan ancaman itu, dengan mengatakan Korea Utara telah membuat klaim serupa sebelumnya.
Sanksi PBB
a         Larangan menjual dan membeli peralatan militer dari korut
b        Larangan Barang terkait nuklir dan rudal
c         Larangan Penjualan barang mewah
d        Pembekuan aset keuangan dan larangan baig mereka yang terlibat program nuklir dan rudal
e         Mengizinkan pemeriksaan barang yang keluar dan masuk ke Korut
Menegaskna resolusi baru yang dibutuhkan untuk tindakan lebih lanjut . (BBC Indonesia Com 19 Oktober 20006)

4.      Analisis tentang uji  coba nuklir Korut
Uji coba nuklir yang telah dilakukan oleh Korea Utara merupkan salah satu usaha untuk menyaingi kekuatan Dunia Barat dan negara-negara lain yang telah mengembangkan nuklir. Pengembangan senjata nuklir ini menurut Korut untuk menjaga keamanan  dan pertahanan diri.  Memang setelah abad ke 21 hampir semua segi kehidupan telah dikuasai oleh Amerika Serikat baik dalam segi ekonomi, kebudayaan dan ekonomi untuk itu mulai muncul negara-negara yang berusaha untuk menandingi kekuatan Amerika Serikat.
Dalam usaha pengembangan nuklir ini menurut saya akan mendorong adanya ketegangan di sekitar kawasan tersebut sehingga setiap negara-negara tersebut akan saling mencurigai apabila ada lagi pengembangan senjata nuklir yang lebih besar lagi bahkan setiap negara-negara tersebut akan saling mengembangkan pengembangan senjata nuklir tersebut. Hal ini menurut saya apabila tidak ada tindakan yang keras untuk mengendalikan pengembangan senjata  nuklir pengembangan senjata nuklir merupkan sesuatu hal biasa atau merupakan hal yang tak perlu negara lain untuk campur tangan dalam pengembangan senjata nuklir.











                                                 














                                                                                                                                                                      


                                                                                                                                










                                                                                                                                                                       




























No comments:

Post a Comment