Tuesday 25 September 2012

PENDIDIKAN



1.      Apa yang  dimaksut pendidikan?
Pendidikan dalam arti sederhana artinya sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara senjaga oleh orang dewasa agar  ia menjadi dewasa. Dewasa disini dimaksutkan adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara fisik, psikologis, paedagogis dan sosiologis (Hasbullah, 2005 : 1).
John Dewey
Pendidikan adalah  proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelek dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Ki Hajar Dewantoro
Pendidikan adalah tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksutnya, pendidikan  yaitu mmenuntun segala kekuatan kondrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai  keselamatan dan kebahagiaan  yang setinggi-tingginya (Hasbullah, 2005 : 4).
Pendidikan dapat diartikan  secara maha luas, sempit dan  luas terbatas. Dalam pengertian maha luas, pendidikan sama dengan hidup. Pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan adalah pengalaman belajar. Oleh karena itu pendidikan sebagai  keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Hal ini berarti pendidikan berlangsung tidak dalam batas usia tertentu, tapi berlansung sepanjang hidup (life long). Sejak lahir hingga mati (Drs. Redja Mudyaharho, 2001: 46).
Dalam pengertian maha luas, tempat berlangsung pendidikan tidak terbatas dalam satu jenis lingkungan hidup tertentu dalam bentuk sekolah,  tetapi berlangsung dalam segala lingkungan hidup manusia. Pendidikan sebagai pengalaman belajar berlangsung baik dalam lingkungan budaya dalam masyarakat hasil rekayasa manusia, maupun lingkungan alam yang terjadi sendiri tanpa rekayasa manusia.
Dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah atau persekolahan. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal sebagai salah satu  hasil rekayasa dari peradaban manusia, disamping keluarga, dunia kerja dan negara dan lembaga kenegaraan. 



2.      Sejak kapan manusia memerlukan pendidikan ?
Pendidikan manusia adalah sejak ia lahir di dunia. Ada juga  yang mengatakan sejak dalam kandungan seorang ibu, anak tersebut telah mendapat pendidikan. (Suparman, 1997 : 1). Dari uraian tersebut kita mengetahui bahwa pendidikan untuk anak memang dapat sejak dalam kandungan karena seorang ibu dapat memberikan rangsangan kepada janin yang sifatnya mendidik janin tersebut baik secara fisik atau kepribadian.



3.      Sejak kapan manusia memerlukan pendidikan?
John Jurolimek melihat  perkembangan manusia itu dengan membandingkan dengan makhluk lain. Untuk mengetahui perbedaan itu dengan cara mengkontrasikan bintang dengan kehidupan manusia. Sebuah contoh; seluruh kehidupan manusia  mempunyai  kekuatan pendorong untuk melakukan sesuatu  pekerjaaan demi terjaminnya kelangsungan hidup (Aswandi Bahar, 1989: 114).  Untuk itu ia  memerlukan tidak hanya kebutuhan f isik saja, namun  kehidupan  dimana dia harus belajar  menjadi apa dan siapa dia itu. Manusia  harus belajar untuk ingin tahu mengenai masyarakat  dan kebudayaan, sebab  dengan  hal ini akan menjmaun abadinya masyarakat  dari  generasi satu ke generasi berikutnya. Untuk mitu perluinya pendidikan supaya mampu mempertahankan kebudyaan masyarakat itu.
  Yang  paling berharga dalam  kehidupan adalah  potensinya untuk berkembang (Aswandi Bahar, 1989 : 116). Sedangkan binatang dan tumbuhan dapat beradaptasi pada lingkungan tertentu, namun manusia yang dapat  hidup dimana saja dan manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan alam. Manusia dapat hidup dimana saja  ada kehidupan, di permukaan bumi  ini dan membuat suatu  kehidupan bermasyarakat. Hal ini  karena manusia mempunyai  kemampuan untuk  beradaptasi dengan lingkungan. Manusia berusaha memb uat  kebudayaan sedemikian rupa dan tidak mau tergantung pada alam.
Dalam psikologis ada  konsep “actualization”. Untuk mencapai potensi maksimum  ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk variabel kepribadian seperti minat, motivasi, keinginan dan lain-lain. Dan dalam pengmbangan  potensi ini adalah adanya kesempatan untuk belajar (Aswandi Bahar, 1989: 117). Sebagai contoh; didalam dunia ini ada  lebih dari 3000 bahasa  dialek. Semua manusia dapat  mempunyai potensi untuk mengetahui dan mempratekannya. Tapi persoalannya adalah kesempatan untuk belajar  yang tersedia sangat terbatas.

4.      Siapa yang mempunyai kewenangan untuk mendidik? Mengapa demikian?
a.       Pendidikan dalam lingkugan keluarga
Dalam mendidik anak-anak di sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilaksanakan oleh  orang tua di rumah. Berhasili baik dan tidaknya pendidikan di sekolah tergantung kepada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya (Ngalim Purwanto, 1993 : 85).
Dalam mengemukakan pendidikan keluarga telah ada  ahli dari zaman dahulu telah yang membahasnya, antara  lain:
J.J. Rosseau (1712-1778) ia menganjurkan agar pendidikan anak disesuaikan dengan tiap-tiap perkembangannya sedari kecilnya (Ngalim Purwanto, 1993 : 86). Pestalozzi (1746-1827) ia menguratakan  tentang penidikan keluarga sebagai unsur pertama dalam kehidupan masyarakat dan juga menguraikan bagaimana cara  memberi pelajaran dan pada agama pada anak-anak.
Untuk yang perlu diperhatikan:
1.      Jangan sering kali melemahkan semangatnya dalam usaha hendak berdiri sendiri.
2.       Jangan memberi malu atau mengejek anak-anak di muka orang  lain.
3.      Jangan  terlalu membeda-bedakan dan berlau pilih kasih terhdap anak dalam keluarga.
4.      Jangan memanjakan anak, tapi juga tidak baik tidak mempedulikan sedikit pada anak-anak (Ngalim Purwanto, 1993 : 95).
b.      Guru
Cole S. Btembeck mengemukakan peranan sosial g uru di sekolah, sebagai berikut:
1.      Sebagai alat peraga
2.      Sebagai penguji
3.      Sebagai orang yang berdisplin.
4.      Sebagai orang kepercayaan.
5.      Kseabagai orang pengenal kebudayaan
6.      Sebagai  penganti orang tua.
7.      Sebagai orangg penasihat siswa
           (Aswandi Bahar, 1989 : 148).
c.       Masyarakat
John Jorolimek mengatakan bahjwa tujuan  utama  pendidikan adalah mengajar siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan realita alam  sosial ( Aswandi Bahar, 1989 : 90).
Sosial realitas mengharapkan sekolah untuk tidak menutup mata dengan kenyataan  ini, tapi harus menjadi pusat  perhatiannya. Para siswa  harus dididik dan dipersiapkan  untuk menghadapi kenyataan  ini atau hidup dalam masyarakat yang beraneka ragam ini.  Karena kenyataan atau fakata berbeda dari satu daerah dengan daerah lain.  Dengan sendirinya kurikulumnya berbeda dari satu daerah dengan daerah lain, sehingga siswa mengetahui perbedaan keadaaan dan siap menghadapi kenyataan dengan arti dia dapat  menyesuaikan diri dengan memecahkan  permasalahannya.

Referensi :
Drs. J. Suparman. 1997. Sejarah Pendidikan. Surakarta :  Univesitas Sebelas Maret.

Drs Aswamndi Bahar 1989 .Dasar-Dasar Pendidikan . Jakarta: Depdikbud.
Drs. M. Ngalim M. Purwanto. 1993. Ilmu Pendidikan Teori dan praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


No comments:

Post a Comment