BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada waktu Jepang dipaksa
membuka diri oleh dunia Barat, kekuasaan Shogunat Tokugawa sedang berada dalam
keadaan lemah. Kesempatan ini dipergunakan oleh Clan Satsuma dari Kagoshima
(Kyushu) dan Slan Chosu dari Yamaguchi untuk meruntuhkan kekuasaan Tokugawa
atas Jepang. Kedua clan ini berhasil meyakinkan Tenno Heika waktu itu untuk
mengambil kembali kekuasaan politik dan meniadakan shogun.
Tenno Heika Mutsuhito dan
kemudian dinamakan Meiji Tenno (1852-1912), ketika masih muda pada umur 14
tahun telah menggantikan ayahnya, Komei Tenno yang meninggal. Meiji Tenno
setuju dengan pikiran pemimpin-pemimpin Satsuma dan Chosu. Dengan kemampuan
militer mereka, Tokugawa dapat dikalahkan dan Meiji Tenno pindah dari Kyoto ke
Edo, yang kemudian dinamakan Tokyo (ibu kota di Timur). Sejak 1868 dimulailah
pembangunan Jepang yang dikenal dengan Restorasi Meiji.
Restorasi Meiji merupakan
suatu dambaan bagi bangsa Jepang untuk mengangkut bangsanya agar sejajar dengan
bangsa barat. Sejak restorasi, Jepang berusaha memperoleh ilmu pengetahuan
Eropa untuk mencegah penjajahan atau dominasi Eropa atas Jepang. Dalam usaha
itu, Jepang meniru banyak hal yang ditemukan dalam kehidupan negara-negara
Eropa.
Pelaku-pelaku utama dalam
Restorasi Meiji adalah kaum samurai rendahan dari Chosu, Satsuma serta beberapa
propinsi Barat lainnya dan berbagai reformasi kelembagaan pada permulaan jaman
Meiji diprakarsai oleh anggota-anggota samurai rendahan yang berpikir
progresif.
B.
Perumusan Masalah
Dalam paper ini penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemerintahan sementara pada awal
Meiji ?
2. Apa isi dari Sumpah Charter Kaisar Meiji ?
3. Bagaimana reformasi kelembagaan yang
dilakukan pada masa Meiji?
4. Bagaimana gerakan pengadaan pemerintah konstitusionil
yang dilakukan Jepang?
5. Bagaimana imperialisme yang dilakukan
Jepang?
6. Apa saja akibat restorasi Meiji?
C.
Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui keadaan pemerintahan sementara
pada awal Meiji.
2. Mengetahui isi Sumpah Charter Kaisar
Meiji.
3. Mengetahui reformasi kelembagaan yang
dilakukan pada masa Meiji.
4. Mengetahui gerakan pengadaan pemerintah
konstitusionil Jepang.
5. Mengetahui imperialisme yang dilakukan
Jepang.
6. Mengetahui akibat dari Restorasi Meiji.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemerintahan Sementara Awal Meiji
Kaisar Matsuhito mulai
memerintah pada tanggal 25 Januari 1868. Zaman pemerintahan Meiji yaitu 25
Januari 1868 sampai 30 Juli 1912 (hari wafatnya), dinamakan Zaman Meiji. Meiji
adalah nama pemerintahan Kaisar Meiji. Pemulihan kekuasaan pemerintah ke dalam
Kaisar ini dinamakan Restorasi Meiji. Setelah mEiji naik tahta, ibu kota negara
yang semula di Kyoto dipindahkan ke Edo. Pada saat kota Edo menjadi Ibu kota,
tanggal 26 Nopember 1868 kota itu kemudian diubah namanya menjadi Tokyo.
Pada waktu pemulihan kekuasaan
terjadi, Kaisar Matsuhito baru berumur 14 tahun. Dalam umur yang masih muda
itu, dia banyak mendapat pengaruh dari penasehat-penasehatnya. Penasehatnya
terdiri anggota keluarga di Jepang Barat. Pemimpin penasehat yang lain adalah
Saigo, Okubo (samurai dari Satsuma), Itagaki (tosa), Ito (Chosu) dan Okuma
(Hizen).
Pimpinan-pimpinan Jepang yang
baru, melakukan tugas pertamanya yaitu pembentukan suatu pemerintahan.
Pemerintahan pertama yang didirikan bersifat sementara dan terdiri atas 3
badan. Badan pertama, Sosai (Kepala Tertinggi) dikepalai oleh seorang Pangeran.
Yang kedua adalah Gijo yang terdiri atas anggota-anggota yang diambil dari
orang golongan ningrat. Dan badan ketiga, Sanyo dibentuk dengan 5 orang
golongan ningrat dan 15 orang samurai sebagai anggotanya.
Pada tahun itu juga (1868),
corak pemerintahan diubah. Yang semula terdiri dari 3 badan, diubah hanya
diadakan sebuah badan saja, Dai jokwa, Majelis Musyawarah yang terdiri atas dua
dewan : dewan atas, yang mencakup Gijo dan Sanyo yang dahulu dan dewan bawah
beranggotakan wakil-wakil golongan feodal.
B.
Sumpah Charter Kaisar Meiji
Tahun 1868, pertama kalinya
dalam sejarah Jepang tepatnya tanggal 6 April, Meiji Tenno mengangkat Sumpah
Setia (Charter Outh) di hadapan para Daimyo dan Aristokrat. Pada ketiga bab
pertama Sumpah Charter ini dipandang sebagai pernyataan keinginan membentuk
parlemen nasional dan dewan, mengadakan asa-asas pemerintahan demokratis dan
menjadikan kemerdekaan, persamaan dan kebahagiaan dasar kehidupan nasional.
Pasal keempat dipandang sebagai janji untuk menghapus segala pendirian yang
tidak sesuai dengan doktrin yang wajar. Bab kelima, berisikan keputusan untuk
memakai kepercayaan filsafat dan pekerjaan sosial barat. Tetapi penafsiran
kelima pasal Sumpah Charter itu berbeda-berbeda. Pada intinya di bab 4
dijelaskan bahwa segala kebiasaan yang tidak berdasarkan peradaban akan
dibuang. Inti pasal ke 5 yaitu, pengetahuan akan dicari di seluruh dunia, yang
berarti Jepang akan meminjam dari seantero dunia secara besar-besaran
sebagaimana dahulu telah banyak dipinjam dari Tiongkok.
Sumpah Charter Kaisar Meiji
dimuat lengkap dalam Proklamasi Kaisar bulan Juni 1868, yang mengubah seluruh
bentuk dari pemerintahan pertama dengan pengadaan Dijokwan. Proklamasi Kaisar
ini hakekatnya adalah konstitusi pertama dari Jepang modern.
Bentuk pertama pemerintahan
jepang yang berdasarkan Sumpah Charter adalah mencontoh corak pemerintahan yang
mencontoh sistem Tiongkok. Sifat kepurbakalaan yang diperlihatkan adalah
Departemen Agama ditaruh di atas departemen-departemen lain.
C.
Reformasi Kelembagaan
Runtuhnya sistem feodal
didahului oleh perubahan-perubahan sosial-ekonomi yang mempengaruhi dasar
lembaga-lembaganya. Peraturan yang ada bertujuan dalam pembekuan struktur
feodal masyarakat, suatu ekonomi keuangan yang menyebar selama masa terakhir
Tokugawa dengan menggoncangkan fondasi-fondasi sisten feodal. Dengan perubahan
para samurai menjadi penduduk kota serta melepaskan kebiasaan-kebiasaan
tradisional mereka berupa penghematan, biaya-biaya pengeluaran pemerintah terus
menerus mengalami defisit. Fondasi-fondasi feodal di pedesaan punjadi goncang.
Usaha-usaha pemerintah secara berkesinambungan guna meningkatkan pajak beras
untuk mengurangi defisit, semakin mempersulit kehidupan para petani, beberapa
diantara mereka memberontak atau pindah dari desa ke kota (untuk menantang
peraturan menahan mereka di wilayah pedesaan).
Penyebaran ekonomi uang dan
pelembagaannya adalah asing bagi sistem feodal dan telah menciptakan jurang
pemisah di antara ideal feodalisme dan kenyataan yang nyata. Peranan utama
dalam reformasi kelembagaan dipegang oleh kelas saudagar. Reformasi kelembagaan
yang dilaksanakan selama lima tahun permulaan masa Meiji terdiri dari reformasi
politik dan reformasi sosio-ekonomi.
C.1. Reformasi Politik
Reformasi politik dilakukan
untuk menjauhkan daimyo dari kekuasaan dan mendirikan negara kesatuan. Tindakan
yang dilakukan pada tahun pertama, mengangkat seorang pembesar pemerintah pusat
di tiap wilayah daimyo. Pada tahun kedua, samurai-samurai muda yang diantaranya
berasal dari Kido dan Saigo membujuk daimyo Satsuma, Chosu, Hizen dan Tosa
untuk menyerahkan daftar-daftar registrasi tanah (hansekihokan) kepada
pemerintah sebagai pelambang penyerahan wilayah mereka. Lalu pemerintahlah yang
berkuasa di wilayah daimyo-daimyo itu.
Keempat daimyo yang
berpengaruh menunjukkan bahw mereka berdiri di belakang pemerintah atau men
politik persatuan. Daimyo-daimyo itu sementara waktu menjadi Gubernur di
wilayah masing-masing. Mereka diberi 1/10 dari penghasilan mereka yang dahulu.
Tanah-tanah dibago-bagi dalam kesatuan-kesatuan politik baru yang dinamakan
”ken” atau ”prefektur”. Pemerintah pusat dan pemerintah propinsi adalah
samurai-samurai.
Peraturan keuangan yang berupa
pensiun diadakan untuk samurai-samurai daimyo-daimyo. Para samurai diberi
separuh dari pendapatan nominal mereka. Pembayaran pensiun kepada bekas daimyo
dan golongan samurai itu akhirnya menjadi beban berat bagi kas negara.
Pembayaran itu pun bersifat turun temurun dan ada juga yang seumur hidup.
Setelah diadakan percobaan dalam tahun 1871 untuk mengubah
persetujuan-persetujuan dengan negara-negara asing dengan maksud agar
pemerintah dapat memperoleh lebih banyak dengan penaikan bea-masuk dan
bea-keluar. Untuk itu dikirimlah misi keluar negeri pada tahun 1871 yang
dipimpin Iwakura. Tetapi negara-negara asing tidak suka mengubah
persetujuan-persetujuan yang menguntungkan mereka.
Akhirnya, pada tahun 1873 atas
usulnya Caunt Okuma (menteri keuangan), diambillah keputusan yaitu mengubah
peraturan pensiun ini. Yang pertama yaitu golongan samurai dapat diterima atau
ditolak menurut suka mereka dan hanya berlaku untuk samurai yang diberi 100
koku beras atau kurang dari bayaran sekaligus. Pemerintah bersedia menukar
pensiun itu atas dasar harga beras sesudah panen berikutnya dengan suatu
pembayaran sekaligus, separuh dengan uang kontan dan separuh dengan surat
hutang negeri yang berbunga 8 pct. Dasar penukaran itu adalah untuk pensiun
turun-temurun diberi pambelian bunga 6 tahun dan untuk pensiun seumur hidup
diberi bunga pembelian 4 tahun. Di tahun 1976 peraturan penurunan ini diubah
dan tidak bersifat sukarela pula tetapi diwajibkan.
C.2. Reformasi Sosial-Ekonomi
Reformasi ini tercakup dalam
bagian kedua dari reformasi-reformasi kelembagaan yang dilaksanakan pada
permulaan jaman Meiji. Masyarakat feodal Tokugawa merupakan masyarakat kelas,
baik sebagai penyebab maupun dalam hal jenjang tingkatan. Bentuk reformasi
sosial pada permulaan jaman Meiji adalah penghapusan sistem kelas dan menyusun
suatu masyarakat yang berorientasi hasil prestasi karya. Reformasi ini paling
tidak memberi kesempatan orang-orang berbakat serta kebolehan untuk maju dalam
masyarakat, tanpa memandang latar belakang kelas sosial.
Seiring dengan penghapusan
sistem kelas, peraturan-peraturan serta patokan-patokan feodal yang menghambat
kemerdekaan ekonomi juga dihapus. Kelas kaum samurai tidak saja bebas untuk
memilih kedudukan-kedudukan produktif, melainkan sangat dianjurkan untuk
berbuat yang demikian. Ditiadakan peraturan-peraturan yang melarang kaum petani
untuk meninggalkan wilayah pedesaan serta menjual tanah mereka atau menentukan
sendiri akan bertanam apa. Petani-petani jadi bebas untuk melakukan kegiatan
yang akan meningkatkan pendapatan mereka. Bagi para saudagar, peraturan-peraturan
feodal yang mewajibkan mereka untuk ikut dalam perhimpunan-perhimpunan profesi
dan yang membatasi persaingan dihapus. Bagi setiap orang mungkin untuk memulai
usaha apapun di bidang manapun. Karena modal saudagar biasanya terlalu terbatas
untuk mencapai hal-hal besar dalam masa baru itu, pemerintah mendukung
pembentukan perusahaan saham patungan.
D.
Gerakan Mengadakan Pemerintah
Konstitusionil
Pada tahun 1879 Pemerintah
membentuk Dewan Prefektur yang anggota-anggotanya dipilih oleh pembayar-pembayar
pajak lebih tinggi dalam tiap prefektur. Dua tahun kemudian dijanjikan akan
diadakan sebuah Dewan Nasional (1890). Di tahun 1880 telah diadakan perubahan
pada undang-undang hukum.
Ito Hirobumi, seorang samurai
Chosu yang telah diangkat menjadi pangeran dalam rangka keningratan baru. Tahun
1882, ia dikirim ke Eropa dengan tugas mempelajari konstitusi berbagai negeri
di Barat dan menyusun sebuah konstitusi untuk Jepang. Dalam perjalanannya, Ito
merasa tertarik oleh konstitusi Jerman. Pada hematnya itulah yang terbaik bagi
negerinya. Setelah kembali ke Jepang, Kabinet Jepang yang telah diadakan dalam
tahun 1871 ditetapkan bertanggung jawab kepada Kaisar bukan kepada wakil
rakyat. Akhirnya tanggal 11 Februari 1880 dimaklumkan sebuah konstitusi sebagai
hadiah dari kaisar kepada rakyat. Kemudian atas jasanya Ito dipandang sebagai
bapak konstitusi.
D.1. Pertanian
Pada tahun 1873 dimaklumkan
sistem pajak tanah baru. Petani-petani dijadikan pemilik-pemilik tanah yang
dahulu dikerjakan mereka untuk daimyo-daimyo. Kerja paksa dan pembayaran dengan
hasil bumi diganti dengan sistim pajak. Untuk memperbaiki keadaan pertanian
diundang ahli-ahli pertanian Barat. Guna perbaikan pertanian juga, dimasukkan
jenis baru hewan dan kuda.
D.2. Perdagangan
Pembukaan negeri Jepang
melalui persetujuan-persetujuan Internasional, menjadikan zaman baru bagi
perdagangan. Sesudah kunjungannya Perry, perdagangan luar negeri Jepang
sebagian besar diurus oleh orang-orang kulit putih, yang berlaku sebagai
perantara. Perkembangan perniagaan diikuti pendirian bank-bank. Di tahun 1873
pemerintah membangun bank nasional yang mencontoh sistem Amerika Serikat.
Perdagangan membutuhkan
alat-alat lalu lintas. Maka pada waktu itu pula tampak kapal-kapal uap
memelihara perhubungan antar pulau. Kapal-kapal semula dibuat di luar negeri
dan dimiliki orang asing. Tetapi dengan segera Jepang dapat membuat kapal-kapal
uap sendiri. Sejak jalan kereta api pertama, yakni antara Tokyo dan Yokohama,
dibuka dengan resmi oleh Kaisar Meiji dalam tahun 1872. pemerintah segera membuat
jalan-jalan kereta api. Pemerintah juga telah membangun banyak pabrik-pabrik.
D.3. Persuratkabaran
Beberapa waktu setelah
kota-kota pelabuhan persetujuan dibuka, orang Barat di Jepang lantas
menerbitkan majalah-majalah. Yang pertama adalah ”Nagasaki Shi Pping List and
Advertiser” yang mulai terbit di tahun 1861 dan kemudian berganti nama menjadi
”Japan Herald”.
Harian Jepang pertama adalah
Moinichi, yang didirikan tahun 1872 di Yokohama. Sejak itu diterbitkan banyak
harian lain. Menurut Sansom hingga kira-kira sampai tahun 1887, surat kabar
yang terbit bukan menjadi alat-alat penyenang hati rakyat yang bertujuan
memberi warta berita dan mencari untukng. Harian-harian itu umumnya miliknya
perseorangan atau golongan dengan tujuan politik dan pendidikan umum. Pengasuh-pengasuhnya
bukan wartawan-wartawan profesional melainkan tokoh-tokoh politik atau
kesusastraan. Beberapa diantaranya, harian-harian pada masa itu mengambil pihak
kaum oposisi terhadap pemerintah. Hal ini menyebabkan pemerintah sampai
terpaksa menguasai sebuah harian, Nichi-Nichi untuk pengutaraan pandangan
resmi.
Pada tahun 1875 diadakan
Undang-undang pers. Undang-undang ini dijalankan dengan keras. Misalnya, ketika
timbul pertentang hebat mengenai ”minken atau hak rakyat dalam tahun-tahun
progresif menginginkan kemerdekaan dan hak rakyat. Partai konservatif
berpendapat masih belum tiba saatnya untuk mengadakan badan-badan demikratis.
Dalam sengketa ini pers telah memilih pihak progresif dengan menentang
pemerintah. Maka undang-undang persuratkabaran tahun 1875 dijalankan dengan
keras, yang berkesudahan banyak wartawan dilempar ke dalam penjara.
Setelah di tahun 1873 apa yang
dinamakan partai pemerintah atau partai konstitusional imperial dibubarkan dan
pemerintah tidak membutuhkan pula harian pemerintah. Harian-harian oposisi itu
mengubah sikap. Selanjutnya mereka hanya menjadi pembawa berita, tidak pula
pemimpin pendapat umum. Dunia barat kini menggantikan Tiongkok, yang telah
menjadi contoh bagi Jepang selama abad ke-7 sampai abad ke-10. Jepang telah
mempersiapkan diri untuk melompati jaman perlintasan ke jaman modern Barat.
E.
Imperialisme Jepang
Jepang pada waktu itu ingin
sekali menjauhkan diri dari Imperialisme Barat. Jepang takut kalau pulau-pulau
yang dimilikinya akan dikuasai oleh bangsa Barat. Tetapi kini Jepang dipaksa
membuka diri dengan banga asing. Para pemimpin-pemimpin Jepang sebenarnya ingin
mengubah negerinya yang miskin dan kecik menjadi sebuag negara yang besar.
Mereka percaya behwa semua itu dapat dicapai dengan menguasai daerah-daerah
yang berdekatan.
Sesudah Restorasi terlaksana,
terdengar tuntutan bahwa semua daerah yang dihuni orang Jepang atau yang
termasuk kepulauan Jepang harus diduduki oleh negeri ini. Menurut mereka,
wilayah yang sebenarnya menjadi haknya adalah kepulauan Ryukyu, Kepulauan
Bonin, Kepulauan Kuriles, Karafuto (Saghalien) dan Hokkaido, termasuk juga
Korea.
*
Jepang
berhadapan dengan Tiongkok
Pada waktu itu negeri-negeri
Barat mempunyai minat untuk menguasai Korea. Akibatnya seorang anak yang
berumur 12 tahun menaiki singgasana untuk menggantikan ayahnya. Setelah ia
dewasa, ia memulai suatu pergulatan antara keluarga Min dan keluarganya
permaisuri yang dikepalai oleh permaisurinya itu sendiri, dengan keluarga Yi,
yang terdiri atas sanak keluarga raja yang dipimpinnya untuk merebut kekuasaan
tertinggi.
Dalam pertempuran ini timbul
soal politik terhadap luar negeri. Partai permaisuri merupakan partai kemajuan
yang ingin membuka negeri itu bagi hubungannya dengan bangsa asing. Di pihak
lain, partai radja bersikap anti asing. Ketika Kaisar Matsuhito menaiki tahta
di Jepang, pemerintah Korea juga diberi tahu. Korea juga diundang menjadi
vasalnya Jepang, tetapi undangannya ditolak. Ayahnya raja Korea, sangat
mengkhawatirkan kalau saja tindakan yang dilakukan Jepang membahayakan bagi
Korea. Untuk itu Korea meminta perlindungan Tiongkok yang memang diakui hak
dipertuannya oleh Korea.
Di lain pihak kaum Military
dari Jepang merasa tidak senang terhadap Korea. Mereka menginginkan diambil
tindakan keras terhadap negeri ini. Tetapi bagian terbesar dari tatatnegarawan
tidak menyetujui cara berlaku demikian. Pada hakekat mereka, pekerjaan
pembangunan yang luas dan besar harus diberikan lebih dahulu. Pada tahun 1875
kapal perang Jepang melakukan peninjauan di perairan Korea. Kapal perang itu
ditembaki oleh suatu benteng pesisir Korea. Maka terjadilah pertandingan
meriam. Benteng Korea dimusnahkan. Dan akibatnya Jepang menuntut diadakan
perjanjian.
Tanpa menghiraukan tuntutan
Tiongkok akan kedaulatan Korea, Jepang menandatangani Persetujuan Kianghwa (27
Februari 1876). Dengan persetujuan ini Jepang mengakui kemerdekaan Korea dan
menetapkan persamaan negeri itu dengan Jepang. Jepang kemudian mendapat
juridikasi konsuler. Penukaran duta dan konsul akan dilakukan.
Baik Jepang maupun Tiongkok
menginginkan suatu tindakan kekerasan, bahkan kalau perlu berperang soal Korea
ini. Namun mereka mendapat kecocokan satu sama lain, dan pada tahun 1885
terwujudlah Persetujuan Tientsin yang ditandatangani oleh Ito Hirobumi dari
Jepang dan raja muda Li Hung Chang dari Tiongkok. Dengan persetujuan ini mereka
berdua sepakat untuk mengundurkan tentara mereka dari Korea dalam tempo 4
bulan. Korea tetap merdeka dan dianjurkan untuk memoderenkan tentaranya dengan
bantuan orang asing, tetapi instruktur ini tidak boleh berbangsa Jepang.
*
Perjanjian
dengan Negeri Asing diubah
Jepang merasa sangat terikat
dengan adanya persetujuan-persetujuan yang dilakukan dengan negeri asing.
Jepang merasa bahwa negeri-negeri asing telah merampas sebagian dari kedaulatan
yuridis dan kedaulatan ekonomisnya. Untuk itu Jepang mengusahakan agar
perjanjian-perjanjian itu diubah. Maka Jepang melakukan pembicaraan dengan
Inggris untuk mengubah persetujuan dan usaha ini berhasil. Jepang dapat
mengadakan persetujuan dengan negeri Inggris pada tanggal 16 Juli 1894.
Persetujuan ini tidak memberi kedaulatan pabean kepada Jepang, tatapi menghapus
eksteritorialitet dan pengadilan konsuler. Dan negeri kedua yang sepakat
mengadakan persetujuan sepanjang garis umum dengan Jepang adalah Amerika Serikat.
Persetujuan ini terwujud pada tahun 1894 juga.
F.
Akibat Restorasi Meiji
Restorasi Meiji yang terjadi
di Jepang juga menimbulkan akibat, diantaranya :
1. Meiji telah menumbangkan pemerintahan
feodal
2. Pasaran di seluruh Asia dapat dikuasai
Jepang pad aakhir abad ke-19. Pada waktu itu Jepang mendapat saingan yang berat
yaitu Eropa dan Amerika.
3. Jepang menjadi negara pertama di Asia yang
bebas buta huruf. Jepang juga menjadi pelopor bagi Asia dalam usaha memajukan
pendidikan.
4. Jepang memiliki angkatan perang yang kuat
dan disiplin, taat dan berani.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada waktu terjadi pemulihan
kekuasaan di Jepang, Kaisar Matsuhito baru berumur 14 tahun. Dalam masa
tersebut dia mendapat pengaruh dari penasehat-penasehatnya yang berasal dari Jepang barat. Kaisar
Matsuhito ini lebih dikenal dengan nama
Meiji Tenno. Sejak 1868, pada masa pemerintahannya dimulailah pembangunan
Jepang yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. Waktu itu pemerintah yang
baru kemudian membentuk pemerintahan sementara. Tetapi kemudian pemerintahan
itu diubah : yang semula terdiri dari 3 badan diubah hanya diadakan 1 badan
saja yang terdiri dari 2 dewa.
Reformasi-reformasi Meiji yang
berjalan bersifat revolusioner dalam arti bahwa reformasi-reformasi ini
menghancurkan sistem feodal dam mempersiapkan jalan untuk sistem ekonomi dan
politik baru. Akan tetapi pemerintah baru berusaha membantu para samurai
menyesuaikan diri kepada masyarakat baru. Samurai tingkat atas dapat digunakan
untuk menghidupi keluarga mereka secara layak.
Kebijaksanaan pemerintah
membantu bekas-bekas samurai untuk menyesuaikan diri pada masyarakat baru
agaknya membekas pada watak Restorasi Meiji. Restorasi Meiji juga tidak bisa
dikatakan lengkap sebagai revolusi sosial karena banyak sisa-sisa feodal tetap
terdapat dalam struktur sosial kurun waktu yang baru. Khususnya struktur sosial
dari desa-desa, tempat bagian terbesar penduduk bermukim sengaja dipertahankan.
Sebab utama Restorasi Meiji tidak lengkap sebagai revolusi adalah ia tidak
merupakan revolusi oleh kelas yang dikuasai melainkan revolusi di kalangan
samurai dan dalam cara tertentu merupakan perjuangan kekuasaan di kalangan
kelas penguasa.
DAFTAR PUSTAKA
Mattulada.
1979. Pedang dan Sempoa (Analisis
Kultural ”Perasaan Kepribadian” Orang Jepang). Dirjen Dikti : Depdikbud.
Kunio,
Yoshiharo. 1983. Perkembangan Ekonomi
Jepang. Jakarta : Gramedia.
Drs. Leo Agung S. M.Pd. 2003. Sejarah Asia Timur I. Salatiga : Widyasari Press.
Pyie,
Kenneth B. 1988. Generasi BAru Zaman
Meiji. Jakarta : Garmedia.
Reischaur,
Edwin O. 1982. Manusia Jepang.
Jakarta : Sinar Harapan
Suryanadiprojo,
Sayidiman. 1982. Manusia dan Masyarakat
Jepang dalam Perjuangan Hidup. Jakarta : UI Press dan Pustaka Bradjaguna.
No comments:
Post a Comment